Sejak ribuan tahun yang lalu, penduduk India telah melakukan perdagangan dengan bangsa-bangsa lain di Asia melalui celah sempit yang ada di antara Pegunungan Himalaya yang dikenal dengan celah kaibar. Celah kaibar ini merupakan satu-satunya jalur yang sering digunakan oleh para pedagang untuk keluar masuk India. Sehingga dalam perkembangannya, berkembanglah peradaban Hindu dan Buddha di India, tepatnya di daerah-daerah sungai, seperti Sungai Indus dan Sungai Brahmaputra.
1. Perkembangan Agama Hindu
Agama dan kebudayaan Hindu berkembang seiring dengan masuknya bangsa Arya
ke India pada 1.500 SM. Dalam perkembangannya bangsa Arya ini dapat menguasai
daerah-daerah seperti daerah Sungai Indus, Sungai Gangga, dan Sungai Brahmaputra
yang sebelumnya ditempati oleh penduduk asli orang Dravida.
Penguasaan terhadap daerah-daerah ini menyebabkan terjadinya percampuran
kebudayaan orang Arya dengan penduduk asli. Percampuran kebudayaan ini menghasilkan budaya Weda yang menjadi cikal bakal lahirnya peradaban Hindu. Sejak itu agama Hindu mulai berkembang di India. Kehidupan agama Hindu berpedoman pada kitab Weda.
Penganut Hindu percaya kepada banyak dewa yang dianggap memiliki peranan dalam mengatur kehidupan manusia. Di antara dewa yang mereka yakini adalah tiga dewa utama yang dikenal dengan Trimurti, yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wisnu sebagai dewa pelindung, dan Syiwa sebagai dewa penghancur. Dalam bidang kemasyarakatan, agama Hindu mengenal istilah tingkatan sosial masyarakat yang disebut kasta. Penetapan kasta ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya perkawinan campuran antargolongan masyarakat. Kasta tersebut terdiri dari berikut ini.
a. Kasta Brahmana yang terdiri dari kaum pendeta dan para sarjana.
b. Kasta Ksatria yang terdiri dari para prajurit, pejabat dan bangsawan.
c. Kasta Waisya terdiri dari para pedagang petani, pemilik tanah dan prajurit.
d. Kasta Sudra terdiri dari para pelayan dan pekerja kasar, buruh, dan tukang kebun.
e. Kasta Paria yang terdiri dari orang-orang seperti pengemis, pemburu yang dianggap
hina dan tidak memiliki hak dalam masyarakat, nelayan, penyapu jalan, dan penggali
Kuburan.
2. Perkembangan Agama Buddha
Seperti halnya agama Hindu, India juga menjadi cikal bakal berkembangnya agama
Buddha. Siddharta Gautama (563-483 SM) merupakan pendirinya. Agama ini lahir sebagai akibat rasa prihatin dari Siddharta Gautama putra raja Suddodhana melihat penderitaan rakyat yang ada di luar lingkungan kerajaan, seperti kehidupan pengemis, orang sakit, dan penderitaan lainnya.
Berlakunya sistem kasta menyebabkan sekat dalam kehidupan masyarakat semakin
kentara. Kedudukan kasta Brahmana, khususnya dalam upacara keagamaan sangat kentara karena sangat diistimewakan. Dalam perkembangannya agama Buddha mendapat sambutan yang baik dari rakyat karena tidak mengenal kasta. Agama Buddha berpedoman kepada kitab tripitaka yang mengajarkan Empat Kebenaran Utama dan Delapan Jalan
Kebenaran. Ajaran itu merupakan pengalaman Siddharta Gautama selama mengembara
untuk mencari makna kehidupannya.
Setelah mengalami perkembangan yang pesat dan memiliki umat yang banyak, dalam
perkembangan selanjutnya, agama Buddha terpecah menjadi dua golongan, yaitu Theravada atau Hinayana dan Mahayana. Golongan yang pertama meyakini bahwa jalan individual dengan aturan yang sangat ketat merupakan jalan terbaik supaya terbebas dari karma dan mencapai nirwana. Para pengikutnya banyak terdapat di Sri Langka dan Asia Tenggara.
Adapun golongan yang kedua, yakni Mahayana merupakan ajaran yang lebih universal
dan menyatakan bahwa ajaran Buddha dipersembahkan untuk semua bangsa. Untuk
terhindar dari karma, manusia harus bekerja sama dengan orang lain dan memelihara
tanggung jawab sosialnya.
3. Persebaran Agama Hindu-Buddha
Agama Hindu-Buddha tidak hanya dikenal di India, tetapi menyebar ke berbagai
negara yang ada di Asia, seperti ke Asia Timur melalui jalan sutra atau jalur perdagangan
darat yang menghubungkan antara Cina, Asia Tengah, India dan Asia Barat. Selain menyebar ke Asia bagian barat, agama Hindu-Buddha menyebar sampai ke Asia Tenggara di antaranya ke Indonesia. Persebaran Hindu-Buddha di Indonesia erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan antara India dan Cina ratusan tahun sebelum masehi. Dalam kegiatan perdagangan, Indonesia menempati posisi strategis karena berada di antara jalur lalu lintas perdagangan antara India dan Cina.
Agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia berasal dari India dan Cina, menurut
seorang penjelajah Cina bernama Fa Hsien ketika perjalanan pulang ke Cina setelah menetap selama 12 tahun di India. Dia singgah di Jawa selama 5 bulan dari Desember 412 sampai Mei 413 bersama 100 orang rombongannya. Catatan lain yang dicatat oleh seorang pangeran dari Kashmir bernama Gunawarmma yang pernah tinggal di Jawa menunjukkan bahwa pengaruh kebudayaan India atau Cina masuk melalui hubungan perdagangan antara Indonesia dan negeri-negeri yang ada di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Asia Timur.
Terdapat empat teori yang menjelaskan masuknya kebudayaan Hindu-Buddha ke
Indonesia sebagai berikut.
1. Teori Ksatria Teori ini dikemukakan oleh Prof. Dr. J.I. Moens yang mengungkapkan bahwa Indonesia pernah mengalami penjajahan bangsa India dan yang menaklukkannya adalah golongan ksatria. Karena itu, melalui proses penjajahan tersebut, budaya Hindu-Buddha masuk ke Indonesia.
2. Teori Waisya
Teori ini dikemukakan oleh N.J. Krom yang mengungkapkan bahwa golongan
pedagang memiliki peranan dalam menyebarkan kebudayaan India di Indonesia melalui
perkawinan antara pedagang dan wanita Indonesia.
3. Teori Brahmana
Teori ini dikemukakan oleh Van Leur sebagai reaksi terhadap teori Ksatria dan Waisya.
Menurut teori ini yang paling berperan dalam penyebaran Hindu-Buddha ke Indonesia
adalah golongan brahmana/pendeta yang datang atas undangan bangsa Indonesia untuk
menyebarkan agama Hindu-Buddha.
4. Teori Arus Balik
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch bahwa banyak orang Indonesia yang
sengaja datang ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Buddha. Setelah kembali ke Indonesia, mereka menyebarkan agama tersebut.
Agama Hindu merupakan agama yang pertama kali masuk ke wilayah Indonesia.
Berdasarkan bukti-bukti sejarah diperoleh informasi bahwa masuknya Hindu ke Indonesia pada abad ke-5 M. Di antara buktinya diperoleh dari prasasti Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur dan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat yang ditemukan menggunakan bahasa Pallawa dari India Selatan. Hal tersebut menandakan bahwa pengaruh agama Hindu mulai menyebar dan dipakai di wilayah Indonesia.
Adapun Informasi dan bukti permulaan masuknya agama Buddha ke Indonesia dapat
dilihat dari beberapa patung Buddha yang ditemukan di beberapa tempat di Indonesia, di
antaranya yang ditemukan di Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur.
Patung-patung Buddha yang ditemukan mirip dengan Kesenian Amarawati dari India
Selatan yang bercirikan mengenakan jubah sederhana menutupi pundak sebelah kiri seperti halnya seorang pendeta.
Tidak semua wilayah Indonesia mendapat pengaruh dari agama Hindu-Buddha. Di
antara daerah yang tidak ikut terpengaruh adalah wilayah Maluku, Irian Jaya, dan sebagian wilayah Nusa Tenggara.
0 komentar:
Posting Komentar